Mengaku Cinta Allah, Tapi Malas berdzikir...???

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum wr. wb.

Rasulullah saw. Bersabda, “Barangsiapa yg banyak berdzikir kepada Allah, niscaya Allah akan mencintainya; dan barangsiapa yg banyak menyebut Allah, niscaya Allah akan menetapkan baginya kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan.” (Imam Jafar Ash-Shadiq ra.)

Kembali ke topik cinta kepada Allah swt,  yg ane tahu salah satu ciri yg utama dari seorang pencinta Allah swt adalah kegemaran akan dzikir untuk mengingat Nya. Dzikir ane fahami dengan banyak menyebut dan mengingat Nya, ia merupakan hubungan vertikal,khusus, antara seorang hamba dgn Tuhannya, antara pemberi kenikmatan dan penerima kenikmatan, yg pada akhirnya "dzikir" itu berdampak kepada ruh jasadnya dan berdampak kepada  hubungan horisontal antara sesama hamba, umat manusia. Bagi para pencinta Allah, dzikir adalah perantara cinta, merupakan tanda cinta dan juga merupakan lingkaran yg mengikat seseorang hamba dgn penciptanya. Oleh karena itu ane katakan, adalah dusta bagi orang yg mengaku cinta kepada Allah tetapi ia malas untuk berdzikir. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah swt kepada Nabi-Nya, Musa as.


"Wahai putra Imran, dustalah orang yg mengatakan bahwa dia mencintai Ku, sementara jika malam telah gelap gulita dia malah tidur membelakangi Ku, Bukan kah setiap pencinta itu menyukai bersendirian dgn kekasihnya? Inilah Aku (Allah) wahai putra Imran, mengamati kekasih-kekasih Ku. Jika mereka telah berada di waktu gelapan malam, Aku palingkan pandangan mereka kepada hati mereka, lalu Aku perlihatkan siksa Ku di hadapan mereka. Mereka bercakap-cakap dengan Ku dengan musyahadah (penglihatan mata hati) dan berbicara kepada Ku dengan al hudhur (merasakan kehadiran Ku)."


Nabi Mulia saw, adalah adalah nabi yg paling banyak berdzikir (mengingat) kepada Allah swt, rasanya mencontoh para auliya Allah dlm berdzikir saja kita gak sanggup apalagi untuk mengikuti cara Nabi Mulia saw berdzikir, Masyaallah, tetapi bukan berarti kita tidak bisa berdzikir sama sekali. Ingatlah bahwa Allah swt tidak akan memberi suatu perintah yg sekiranya hamba Nya tidak mampu memikulnya. Berdzikirlah sesuai keikhlasan kita, bukan kemampuan kita, karena kemampuan berdzikir puluhan ribu ataupun jutaan tidaklah berarti menunjukkan keikhlasan dan kekhusyu' an kita, sedangkan sikap ikhlas dan khusyu' lah yg menjadi ukuran Allah swt. Janganlah kita selalu mengikuti hawa nafsu yg pemalas, sedikit kita paksa diri kita untuk mau berdzikir, insyaallah, Dia yg Maha melihat dan Maha mendengar akan datang menyambut kita. Seringkali kita selalu kalah dengan hiruk pikuk gemerlap dunia, daripada meluangkan sedikit waktu menyendiri berduaan dengan Allah swt, pada akhirnya kita menjadi asing dengan Allah swt. Kita mengerjakan shalat, puasa, dan melakukan ibadah lainnya dengan hati yg lalai, kita shalat tapi kita gak menyadari "kebesaran" dzat yg kita sembah, kita puasa tetapi jasad kita masih "rakus" akan dunia. Sesungguhnya berdzikir dgn hati yg khusu’ (hati terkoneksi dgn Allah), akan mendekatkan kita kepada Nya, sehingga kita bisa mengenal dan merasakan "kebesaranNya" , kalau kita sudah mampu merasakan hal itu, insyaallah, hati menjadi tenang...ala bi dzikrilah tathmainul qulub...


Sayangnya banyak orang terjebak dengan pandangan yg keliru, dzikir itu hanya dilakukan dengan motivasi untuk mendapatkan karomah dari dzikiran tertentu, ingin disebut “sakti” atau pun untuk menyelesaikan masalah yg sedang dialami. Sedikit sekali orang yg berdzikir dengan motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sesungguhnya karomah atau kesaktian dan jalan keluar yg di dapat adalah buah dari kedekatan kita kepada Allah swt melalui dzikir tsb. Innamal a’malu biniyati…Niat suatu perbuatan di dalam Islam, memiliki pengaruh yg luar biasa dan menentukan apa yg akan kita peroleh melalui perbuatan tsb. Alangkah ruginya jikalau niat berdzikir kita hanya sebatas memperoleh suatu karomah atau pun kesaktian.


Barangsiapa yg disibukkan dengan zikir kepada Ku sehingga tidak sempat meminta (suatu kebutuhan) kepada Ku, niscaya Aku berikan kepadanya apa yg lebih baik daripada apa yg Aku berikan kepada orang yg meminta kepada Ku. (Alhadist)

Berdzikir (mengingat Allah) bukanlah hanya sebatas duduk di atas sajadah di keheningan malam…Sesungguhnya dzikir tidak memiliki batasan, dilakukan di setiap gerak kehidupan kita, Dzikir adalah mengingat Allah swt dlm keadaan berdiri, duduk, berbaring, ataupun tidur, ia merupakan inti dari setiap ibadah kepadaNya. Bila dzikir tidak memiliki batasan, lantas apakah salah jika berdzikir menggunakan batasan bilangan? Tentu saja tidak, bahkan Nabi mulia saw pun mengajarkan hal seperti itu. Para alim yaitu para auliya Allah dlm rangka pembelajaran kepada umat seringkali memberikan sebuah ijazah dzikir dengan bilangan tertentu berdasarkan pengalaman ruhaninya, dan tentunya dengan melihat kualitas ruhani orang yg diijazahi.


Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah, dzikir yg sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada Nya di waktu pagi dan petang (QS Al Ahzab : 41-42)

Ane pribadi, jauh panggang dari api, malu ane mengaku cinta, wong dzikir aja masih angin-anginan, masih naik turun. Buat ane, proses mencapai cinta tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan melawan yg namanya hawa nafsu, butuh waktu dan pengorbanan, sehingga karena perjuangan kita tersebut, akan mampu "menggugah" Allah swt untuk memberikan hidayah Nya ke dalam hati kita, lalu menjadi ringan hati dan lidah kita dlm berdzikir kepada Nya.


“Sesungguhnya aku memiliki hamba-hamba yg mencintai Ku dan Aku pun mencintai mereka. Mereka rindu (berjumpa) dengan Ku dan Aku pun rindu berjumpa dgn mereka.Mereka mengingat Ku dan Aku pun mengingat mereka. Pertama-tama yg Aku berikan kepada mereka adalah Aku masukan cahaya Ku ke dalam hati mereka, maka mereka mengabarkan tentang diri Ku, sebagaimana Aku mengabarkan ttg diri mereka.” (Hadist Qudsi)

Yuk! Kita biasakan berdzikir dengan niat utk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, bukan untuk yg lain. Percayalah kedekatan kita dengan Allah swt akan membuka seribu hijab yg menutupi makrifat kita kepada Nya. Dengan menjadi dekat kepada Nya, Dia lah yg akan memimpin langkah kita di dalam mengarungi kerasnya kehidupan ini. Insyaallah... Biarlah orang lain disibukkan dgn keinginannya membangun masa depannya di dunia, tapi lalai dengan akhiratnya. Mari kita sibukkan diri kita dengan merencanakan dan membangun kehidupan dunia dan akhirat kita, dan salah satu hal yg utama untuk mencapai itu adalah dgn menyediakan sedikit waktu kita untuk berdzikir kepada Nya.  Allah swt tidak menuntut semua waktu kita kok, hanya sebagian kecil saja,itu pun dilakukan di sela-sela kesibukan kita.


“Siapa saja di antara hamba Ku, yg manakala Aku lihat hatinya, Aku dapati bahwa yg dominan padanya adalah berpegang teguh pada dzikir kepada Ku, niscaya Aku pimpin siasatnya, dan Aku menjadi teman duduknya, teman berbicaranya dan sahabatnya.” (Hadist Qudsi).

Wassalamualaikum wr. Wb.

Prabumulih, 26 Januari 2012

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi bertemu Waliyullah (Tanya Jawab)

ASMA ROSUL NUR MUHAMMAD SAW...

Doa Tolak Bala/Santet...