Tahapan-Tahapan Dzikir


Di kalangan Ahlul dzikir ada beberapa tahapan-tahapan dzikir yang harus dilalui oleh para pencinta dzikir, tahap pertama adalah Dzikir Qolbiyah atau yang lazim disebut ihsan, dzikir ini lah yang mendasari iman seseorang. Dengan hati yang bersih karena dzikir, di manapun dirinya berada maka ia akan terus merasakan kehadiran Allah s.w.t. yang begitu dekat. Sebaliknya jika hatinya kotor atau mati maka ia akan sulit menangkap getaran-getaran Allah dalam jiwanya, ia akan sulit menangkap sinyal-sinyal ghaib yang diperlihatkan oleh Allah.

Seseorang yang melazimkan dzikir qolbiyah ini akan senantiasa terjaga dari berlarut-larutnya kesedihan, ketakutan, kecemasan dan kegelisahan, karena hatinya hidup dan senantiasa bersandar kepada Allah Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu. "Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya." (QS: Az-Zumar : 36)

Ibnul Qayyim menjelaskan, barangsiapa yang mendapati nasib yang baik, hendaklah ia mengungkapkan pujian kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah. Barangsiapa mendapatkan nasib yang lain janganlah mencela kecuali dirinya sendiri. 
Hati yang selalu berdzikir akan senantiasa memperoleh jaminan kecukupan dari Allah s.w.t.  Dengan senantiasa berdzikir, maka hidup kita akan selalu diliputi rahmat Allah serta mampu menangkal segala was-wisu setan laknatullah.

Tahap kedua bagi para pencinta dzikir adalah dzikir Aqliyah, yaitu kemampuan menangkap bahasa Allah s.w.t. di balik setiap gerak alam semesta. Allah sebagai pusat dari segala gerak alam semesta, tidak ada satu pun makhluk yang beredar di alam semesta ini luput dari segala kekuasaan Allah s.w.t. Dengan dzikir ini, manusia senantiasa dipacu untuk selalu memikirkan penciptaan seluruh makhluk di alam semesta ini.

Pada dzikir aqliyah hendaknya para pencinta dzikir mampu mencapai maqom ikhlas dan makrifat sebagai inti dari dzikir ini. Seperti halnya Nabi Ibrahim a.s. yang berproses melalui ilmul yaqin kemudian ainul yaqin dan pada akhirnya sampai pada tingkat haqqul yaqin, beliau tidak serta merta diperintah untuk memotong ismail a.s. melainkan dididik terlebih dahulu sehingga mencapai maqom haqqul yaqin. Siapa pun yang telah berhasil pada tahap ini maka tidak akan merasakan susah dalam kehidupannya, karena Allah telah menjaga hati dan akalnya untuk percaya serta ikhlas kepada-Nya. Semua yang terjadi pada dirinya akan selalu dipenuhi oleh hikmah, kesenangan atau musibah selalu dikembalikan keapada Allah s.w.t.

Tahap ketiga bagi para pencinta dzikir adalah dzikir bil lisan, dzikir dengan lisan sebagai buah dari kuatnya latihan dzikir qolbi dan akal. Setelah melakukan dzikir hati dan akal secara terus menerus maka hasilnya adalah mulut yang senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan. Orang yang telah mencapai tahap ini akan senantiasa merasa diawasi oleh Allah (muraqabah), sehingga dia akan selalu memperhitungkan segala hal serta mengintrospeksi diri setiap akan melakukan suatu perbuatan (muhasabah).

Muraqabah adalah jalan menuju muhasabah, selalu merasakan kehadiran Allah (makrifatullah) kemudian mulai berfikir tentang kekuasaan-Nya, ta'qiluun,  setelah itu dia mentafakkurinya, sampai Allah membuka pintu hikmah-Nya kepada kita. Setelah itu hati, lisan serta akalnya berdzikir memuji Allah s.w.t., mengagumi penciptaan alam semesta ini, semuanya jelas terukur sesuai takarannya, tidak ada yang sia-sia. Hasil dari semua ini adalah keyakinan yang kuat di dalam hati, akal dan lisannya. Keyakinan ini lah yang menjadikan doa kita mustajabah, kebanyakan kita ini percaya kepada Allah tapi tak yakin (dalam berdoa), maka jangan heran jika doa kita sering hilang ditelan waktu.

Doa adalah senjata kaum muslimin, lihat bagaimana kisah para nabi di dalam alquran, Nabi Adam bertaubat kepada Allah setelah melanggar larangan-Nya dengan doa, Nabi Yunus ditelan oleh ikan karena lari dari umatnya, Allah selamatkan dengan doanya, Laailahaillaanta subhanaka inni kuntu minadz dzalimin. Nabi Musa allah selamatkan dari Firaun dengan doa, nabi Ibrahim selamat dari api karena doa, Nabi Yusuf diselamatkan Allah dari sumur yang dalam karena doa, Nabi Muhammad s.a.w. dimenangkan dalam perang badar karena doa, begitu juga kisah nabi-nabi yang lainnya. Silahkan baca doa dan dzikir enam orang nabi di sini.

Dzikir keempat adalah dzikir amaliyah, ini adalah hasil akhir yang ingin kita capai dari rangkaian dzikir yang telah kita lewati. Dzikir amaliyah itu adalah prilaku taqwa, senantiasa melaksanakan perintah dan larangan Allah s.w.t. Dalam dzikir ini kita masuk dalam proses pembersihan hati dan mengisinya dengan kekuatan ruhani. Setiap berdzikir maka ruhani dan jasad kita seperti sedang di-charges ulang oleh Allah melalui pengampunan dosa. Setelah dosa-dosa terampuni maka bersih lah ruhani kita baru kemudian Allah isi dengan cahaya-nya, tajjali. sehingga ia akan diliputi cahaya, ruhani serta jasadnya diliputi oleh cahaya iman, cahaya ini akan terpancar kepada lingkungan di sekitarnya. Sehingga dia akhlaknya baik, mudah memberi dan ihklas, membantu sesama serta bermanfaat kepada alam sekitarnya.
Wallahu alam bishawab
Ahmad Ginanto
Disarikan dari buku Panduan Dzikir dan 7 Surat Pilihan, Majelis Az-Zikra, edisi 7.
Gambar : https://media2.picsearch.com

Comments

  1. Alhamdullillah sangat bermanfaat
    Terima kasih penulis
    Semoga Allah melimpahkan rahmatnya amin

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mimpi bertemu Waliyullah (Tanya Jawab)

ASMA ROSUL NUR MUHAMMAD SAW...

Doa Tolak Bala/Santet...